Hancurnya moralitas remaja saat ini, tampak nya terus menjadi fakta yang layak disesali. Ber bagai aksi asosial dari kalangan remaja telah menja di wacana mengerikan, mulai dari tawuran, free seks, narkoba, perampokan, sampai para pemerko saan yang dilakukan oleh kalangan remaja kita sema kin membenarkan akan begitu parahnya kondisi moralitas remaja kita saat ini. Remaja telah mulai kehilangan kekuataan moralitasnya, sehingga deg radasi moralitas di kalangan mereka sangat sulit untuk diselesaikan. Masalah tersebut, sebenarnya tidak bisa terlepas akibat faktor yang tidak asing lagi di telinga kita, yaitu pergaulan bebas yang ti dak lagi terkontrol.
Pergaulan bebas yang biasanya terjadi di kala ngan remaja, mudah dilakukan, karena pada masa ini, para remaja memiliki kondisi mental dan pemiki ran yang sangat labil, sehingga mudah terjebak pada hal-hal yang tidak baik dilakukan. Kondisi labil tersebut, sangat berpengaruh terhadap kehidu pan remaja, sehingga mereka sangat musah terje bak dengan arus kehidupan yang dihadapinya, se kalipun arus tersebut akan membuat dirinya me nyesal di hari kemudian, termasuk melakukan hal-hal yang abnormal sekalipun. Remaja cenderung tidak pernah menyadari bahwa setiap perilaku asosial dan tanpa etika, akibat dari pergaulan yang dilakukan tanpa kontrol.
oleh : Fauzi Alambara
Hancurnya moralitas remaja saat ini, tampak nya terus menjadi fakta yang layak disesali. Ber bagai aksi asosial dari kalangan remaja telah menja di wacana mengerikan, mulai dari tawuran, free seks, narkoba, perampokan, sampai para pemerko saan yang dilakukan oleh kalangan remaja kita sema kin membenarkan akan begitu parahnya kondisi moralitas remaja kita saat ini. Remaja telah mulai kehilangan kekuataan moralitasnya, sehingga deg radasi moralitas di kalangan mereka sangat sulit untuk diselesaikan. Masalah tersebut, sebenarnya tidak bisa terlepas akibat faktor yang tidak asing lagi di telinga kita, yaitu pergaulan bebas yang ti dak lagi terkontrol.
Pergaulan bebas yang biasanya terjadi di kala ngan remaja, mudah dilakukan, karena pada masa ini, para remaja memiliki kondisi mental dan pemiki ran yang sangat labil, sehingga mudah terjebak pada hal-hal yang tidak baik dilakukan. Kondisi labil tersebut, sangat berpengaruh terhadap kehidu pan remaja, sehingga mereka sangat musah terje bak dengan arus kehidupan yang dihadapinya, se kalipun arus tersebut akan membuat dirinya me nyesal di hari kemudian, termasuk melakukan hal-hal yang abnormal sekalipun. Remaja cenderung tidak pernah menyadari bahwa setiap perilaku asosial dan tanpa etika, akibat dari pergaulan yang dilakukan tanpa kontrol.
Oleh karenanya, ketika pergaualan yang men jadi akar masalah, perlu diupayakan suatu upaya agar remaja dapat menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik, sehingga akan tercipta satu model pergaulan yang bahkan akan dapat memberikan dampak nyata terhadap pergaulan. Untuk memutus masalah pergaulan yang tidak baik, yang harus di lakukan adalah mengarahkan kembali pola perga ulan remaja dari pola pergaulan yang tidak berorien tasi pada basis moralitas ke arah pergaulan yang sesuai dengan etika pergaulan, yaitu dengan cara menghindarkan remaja dari pola pergaulan tanpa moral, dengan pola pergaulan dirnana nilai-nilai moral dapat menjadi pegangan pergaulan mereka.
Untuk itulah, guna menyelamatkan remaja dari pergaulan yang tidak terkendali ini, beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan, misalnya :
(1) Keluarga harus mamu menjadi pengendali pergaulan remaja dengan ketat. Orang tua dalam hal ini, harus lebih proaktif dalam mengarahkan dan menjadi pengendali bagi para remaja mereka masing-masing, terutama dalam hal menata pergau alan mereka agar lebih santun dan sesuai dengan kaidah-kaidah pergaualan yang bernilai posisitif. Orang tua harus senantiasa mengevaluasu sikap dan gerak gerik pergaualan remaja dalam setiap waktu, orang tua jangan sampai bersikap apatis atas sikap dan pergaulan para remaja mereka, se hingga anak remaja mereka akan menjadi remaja yang dapat terbina dengan baik. Sebab, keluarga (orang tua) pada intinya sebagai institusi terkecil di dalam proses pendidikan anak serta dalam rangka membangun mentalitas remaja, agar tetap terba ngun menjadi remaja yang memiliki mental dan mo ralitas yang kokoh.
(2) Lembaga pendidikan, seperti sekolah dan lembaga-lembaga keagamaa juga harus proaktif dalam mengendalikan masalah pergaualan remaja. Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengantisipasi pergaulan remaja. Lembaga pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pemberi wawasan mentalitas, tetapi juga harus mampu menjadi pengawas setiap perilaku atau per gaulan-pergaulan yang tidak baik untuk dilakukan oleh para remaja. Dengan kata lain, sekolah juga harus mampu menjadi institusi yang tidak hanya dapat mendidik mereka di dalam kelas, tetapi juga harus mampu mendidik mereka di luar kelas, yaitu pada saat remaja melakukan interaksi dalam ben tuk pergaulan-pergaualan bebas di luar kelas. Seko lah harus dapat memproteksi geraik- geri mereka secara aktif, sehingga pergaualan mereka akan terus bisa dikawal.
Dalam kerangka ini, kerjasama yang baik kedua elernent di atas, baik antara kelurga dan sekolah, sedikit banyak akan melahirkan satu pola pengen dalian dalam rangka mengantisipasi pergaulan-per gaulan remaja yang tidak diharapkan. Karena per gaulan bebas itulah yang menjadi faktor utama terjadinya perilaku-perilaku asosial kalangan rema ja. Sementara remaja adalah aset masa depan yang harus diselamatkan. Mental dan moralitas me reka merupakan harapan bangsa yang harus ber sih, karena merekalah calon-calon pemimpin bangsa ini. Mereka harus diselematkan dari pergaualan bebas dan pergaulan-pergaulan yang tidak mendi dik, karena pergaulan yang bebas, hanya membuat kalangan remaja kita menjadi generasi-generasi yang kehilangan dedikasinya sebagai calon pemim pin.
Hal itu juga dirasakan oleh orang-orang Barat, yang notabene telah berekonomi mapan betapa dampak negatif dari pergaualan bebas ini. Oleh ka rena itu, salah satu hal yang dilakukan oleh orang-orang barat dalam mengantisipasi pergaulan bebas ini adalah dengan cara memisah antara anak-anak puteri dengan laki-laki dalam semua jenjang pendi dikan dan lembaga-lembaga sekolah.
Langkah tersebut tentu saja merupakan salah satu pilihan yang dilakukan oleh orang-orang Barat dalam rangkja mengantisipasi terciptanya pergau lan bebas di kalangan remaja (anak sekolah). Pe misahan antara laki-laki dan perempuan dalam seti ap jenjang lembaga pendidikan, jelas merupajan langkah yang sangat tepat, sehingga pergaulan bebas antara remaja putera dan putri akan dapat terkawal dengan baik, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar