institusi kontrasepsi Worth Inggris, baru-baru ini tengah sibuk menjalankan kampanye baru dari Departemen Kesehatan dan Departemen untuk Anak, Sekolah dan keluarga. Mereka siap membantu kaum muda membuat pilihan lebih dengan memberikan banyak informasi tentang kontrasepsi, memelihara kesehatan seksual, dan menghindari kehamilan di luar nikah yang tak diinginkan.
Mengutip situs femalefirst, kampanye ini bertujuan mempromosikan diskusi yang sangat terbuka dan jujur tentang seks, hubungan 'ML', kontrasepsi dan hal terkait antara anak muda, orang tua mereka dan para profesional kesehatan.
Diskusi itu sudah sepantasnya bergulir karena hasil penelitian menunjukkan masih kurangnya pengetahuan, informasi yang keliru, serta sikap-sikap buruk dan komunikasi yang menghambat perilaku seksual yang lebih aman.
Fokus untuk remaja dan anak muda, bantuan pengetahuan dan pemahaman bertujuan untuk menolak tekanan teman sebaya dalam melakukan hubungan seks bebas, sebelum mereka siap.
Bicara soal kesiapan, 90% perempuan belum menyadari bahwa mereka memiliki pilihan kontrasepsi begitu banyak, jika ingin melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya.
Ada 15 metode bagi perempuan untuk memilih sesuai ketergantung dan kebutuhan mereka. Semuanya demi kebaikan, kenyamanan dan gaya hidup.
Lebih dari itu, perempuan mendapatkan saran dari banyak teman soal mengeksplorasi metode apa yang sesuai untuk digunakan? Agar hasilnya lebih maksimal, perempuan juga bisa berbagi dan bertanya dengan dokter pribadi.
Keterbukaan itu terjadi di Inggris. Lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Menurut para pakar pendidikan seksual, apa yang terjadi Indonesia, sampai sejauh ini masih dalam batas kewajaran. Sampai sejauh ini tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.
Tujuannya agar seks tak terasa menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai takdir bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dengan fungsi pentingnya, reproduksi kehidupan manusia. Lalu juga supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk kebaikan dan pada waktu yang tertentu saja.
Para ahli berpendapat bahwa pendidik seks yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Maklum dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi sangat membutuhkan keakraban, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Itu akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya. Atau sefleksibel mungkin.
Sekadar mengingatkan, dalam melakukannya jangan menunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Lakukanlah sesuai rencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Biasanya menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang ke arah kedewasaan.
Selengkapnya...
Semakin kita kehilangan suatu kepercayaan diri, maka akan akan semakin sulit kita memutuskan yang terbaik yang harus kita lakukan pada diri kita sendiri. Keragu-raguan itu akan pula menyulitkan kita untuk mengaktualisasikan siapa diri kita sebenarnya. Bisa jadi kita yang seharusnya menjadi lebih baik dari sekarang, tetap pada posisi yang sama. Tidak bergerak maju.
Cantik merupakan satu yang terpancar dari kepercayaan diri yang telah kita bangun. Mungkin keadaan jasmani kita tidak semolek selebritis, tapi kita pandai memanfaatkan kelebihan yang kita miliki untuk menghalangi orang memandang kekurangan kita, melainkan hanya melihat kelebihan kita saja. Kita begitu percaya diri dengan apa pun yang kita miliki.
Arti Sebuah Kecantikan
Menjadi cantik, siapa sih yang tidak mau…setiap cewek menginginkan dirinya diberikan anugerah kecantikan yang sempurna dari Tuhan, cantik dan menjadi perhatian banyak orang, terkenal dan bangga dengan dirinya sendiri. Menjadi cantik apakah selalu diukur dengan keindahan lahiriah saja? Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda dan itu kembali pada sejauh mana orang tersebut menilai arti sebuah kecantikan.
Paling sering kita sekarang mendengan Inner beauty yaitu kecantikan yang berasal dari dalam. Sudah jelas bahwa kecantikan memang bukan saja melihat secantik apa wajah kita, seindah apa tubuh kita, tapi kecantikan dari dalam dapat mendongkrak sisi terburuk yang kita miliki.
Lulu Dewayanti, moldel beken Indonesia bisa jadi patokan yang bagus. Wajahnya tidak begitu cantik, tapi percaya dirinya yang kuat telah membuat pribadinya begitu menarik. Dia sukses di model bukan dengan mengandalkan wajah cantik melainkan dia berusaha mencapainya dengan percaya diri.
Jika kita Tidak merasa Cantik
Membandingkan diri kita dengan supermodel..wah jauh sekali,..mereka terlihat sangat cantik dalam suasana apapun tapi kita..mengapa kita selalu merasa jelek dibandingkan orang lain…ubahlah pandangan itu dalam diri kita karena tak ada satupun mahluk Tuhan diciptakan jelek..semuanya cantik, tergantung darimana kita memandangnya, okelah dari sudut lahiriah supermodel adalah mahluk yang cantik tapi jauh dilubuk hati yang terdalam kita adalah yang paling cantik.Bentuklah kecantikan sesuatu dengan apa yang kamu inginkan, kalaupun memang benar kamu merasa tidak cantik tapi buatlah diri kamu cantik dengan selalu menjadi orang serasi dalam mempadu-padankan busana, menata diri kamu sebaik mungkin dan jadilah orang yang menyenangkan bagi setiap lingkungan yang kamu datangi.
Mengubah pandangan mengenai Arti cantik yang sesungguhnya
Jangan menilai kecantikan dari keindahan lahiriah saja, ubahlah pandangan kamu mengenai arti kecantikan kamu, kecantikan tidak dapat dinilai dari satu sudut pandang saja melainkan dari berbagai segi yang satu sama lain saling mendukung, kecantikan adalah perpaduan dari keindahan lahiriah dan batiniah, keindahan lahiriah tanpa keindahan batiniah akan terasa hambar tetapi keindahan Batiniah akan memancarkan keindahan lahiriah. Kecantikan lahiriah akan terasa hambar jika tidak diseimbangi oleh kecantikan batiniah.
Syukuri yang kamu miliki
Rasa syukur akan segala karunia yang Tuhan berikan kepadamu akan membuat diri kamu selalu merasa bahagia pada setiap harinya, kamu menjadi orang yang tak pernah mengeluhkan suatu hal, kamu selalu dapat menempatkan diri kamu pada porsi yang sesungguhnya, kamu menghargai diri kamu sendiri dengan apapun bentuk kekurangan dan kelebihan kamu, kamu bersyukur dan kamu akan selalu merasa bahagia, kebahagiaan yang kamu rasakan akan terpancar pada sikap keseharian kamu, kamu menjadi ceria dan selalu tersenyum, maka kecantikan yang kamu idamkan akan kamu dapatkan.
Alangkah bahagianya jika kita dapat menyuskuri siapa pun diri kita. Kita akan terhindar dari perasaan iri, dengki, rendah diri, dan tertekan. Kita akan mencintai diri kita sendiri, dengan kondisi apa pun yang kita miliki.
Desi Fitri, seorang penyanyi yang memiliki kekurangan pada anggota badannya, begitu tampil percaya diri dengan kelebihan pada suaranya. Suaranya yang merdu dipergunakan untuk membuatnya lebih menarik. Lupakan kekurangan yang kita miliki, karena tak ada seorangpun yang sempurna.
Keindahan Batiniah
Banyak orang mengatakan keindahan batiniah (inner beauty) sangat sulit untuk dimiliki tapi itulah kecantikan yang mutlak harus dimiliki setiap orang, keindahan lahiriah akan dengan mudah dimiliki apalagi di abad canggih ini, orang yang berhidung pesek bisa mancung, orang berkulit hitam bisa menjadi putih, semuanya bisa mungkin untuk menjadi indah secara lahiriah tapi kenapa alangkah sulitnya mencapai keindahan batiniah?..untuk mencapai keindahan yang mutlak ini diperlukan suatu kesadaran bahwa keindahan batiniah adalah yang paling penting untuk dimiliki. Dan untuk mencapai keindahan batiniah adalah memerlukan suatu proses yang sulit jika tidak diimbangi oleh keyakinan diri sendiri bahwa itulah yang harus dimiliki.
Kecantikan Lahiriah tidaklah abadi
Bolehlah sekarang kamu merasa sombong dengan keindahan lahiriah yang kamu miliki tapi ingat bahwa keindahan itu hanya sesaat kamu miliki, tak ada yang abadi dalam kehidupan ini selain keindahan batiniah. Seiring dengan waktu akan memudarkan kecantikan kita, pelan namun itu pasti terjadi, namun apakah keindahan batiniah itu akan pupus seiring dengan waktu? Tidak malahan akan bertambah indah jika kamu terus mengembangbiakannya dan memeliharanya. Pribahasa mengatakan Harimau mati meninggalkan belangnya, Gajah mati meninggalkan Gadingnya, ini berarti bahwa yang ditinggalkan manusia pada kehidupan ini adalah kebaikannya.
Satu yang tak boleh kita lupakan. “TETAPLAH PERCAYA DIRI WALAU SIAPAPUN DIRI KAMU”
Cantik tanpa percaya diri, maka akan menjadi hambar. Percaya diri walau tidak cantik, maka akan menjadi menarik.
Selengkapnya...
PACARAN
Namanya dah puber dan memang fitrahnya seneng sama lawan jenis, yang namanya cinta selalu jadi atribut mengasyikkan bagi kehidupan remaja. Saat diri sendiri merasa nggak dipahami orang lain, yang namanya lawan jenis selalu menjadi tempat asyik untuk curhat. Jadilah sepasang lain jenis berpacaran.
Bukannya asyik, pacaran malah full ancaman. Alloh Ta’ala memerintahkan menahan pandangan dari lawan jenis, orang pacaran malah saling pandang. Jadinya nggak patuh sama Alloh, kan? Belum masalah sentuh-menyentuh, yang kata Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam lebih baik kepala ditusuk paku besi daripada menyentuh wanita non mahram. Kalo menyentuh dah boleh-boleh aja, gimana nggak meningkat ke yang lebih ngeri? Kalo udah gini, siapa nyang rugi? Kalo nggak tobat, bisa aja rugi akhirat. Kalo sampai zina beneran, tentu juga rugi dunia.
PORNOGRAFI
Rasa ingin tahu ditambah besarnya gairah syahwat pada masa remaja membuat banyak remaja (terutama laki-laki) terperosok ke maksiat satu ini. Banyak media yang memuat pornografi. Mulai dari poster, majalah, buku, sampai VCD. Bahkan majalah Playboy yang udah masyhur kepornoannya pun udah masuk ke Indonesia setelah majalah porno lainnya eksis di negeri ini.
Menahan pandangan dari lawan jenis termasuk juga nggak liat hal-hal yang porno semacam ini. Pornografi juga memancing kejahatan seperti pelecehan seksual dan pemerkosaan. Berapa banyak kasus perkosaan berawal dari nonton VCD porno.
Alhamdulillah, nilai-nilai syariat Islam udah mulai ditegakkan di negeri kita. Setelah Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi disahkan, kita nggak aman dari tuntutan hukum dunia dalam masalah ini. Kalo ketauan liat atau bawa barang-barang berbau porno, kamu bisa dipenjara atau kena denda. Selain itu, kamu masih harus menghadapi tuntutan hukum akherat kalo nggak tobat.
ONANI MASTURBASI
Maksiat yang satu ini juga terkenal banget dilakukan oleh para remaja. Sebabnya rata-rata sama, ingin tahu dan besarnya nafsu seksual pada masa remaja. Menurut penelitian, aktivitas ini lebih banyak dilakukan remaja pria (sekitar 90%), namun ada juga remaja perempuan yang melakukannya (30%).
Sebagian orang menganggap melepaskan syahwat dengan onani/ masturbasi merupakan jalan yang lebih selamat daripada berzina. Kadar maksiat mungkin memang lebih rendah dari zina beneran. Tapi bukan berarti onani nggak terlarang. Dalam Islam, melampiaskan nafsu syahwat hanya diperkenankan dilakukan terhadap istri atau suami. Barangsiapa yang mencari pelampiasan selain itu maka mereka termasuk orang yang melampaui batas. Onani jelas termasuk jalan lain, berarti onani termasuk perbuatan melampaui batas.
Jika onani dibolehkan, tentu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam nggak perlu memerintahkan para pemuda yang belum mampu untuk menikah untuk berpuasa. Mereka yang belum mampu menikah tentu tinggal diperintahkan untuk onani. Namun kenyataannya enggak, mereka yang belum mampu menikah diperintahkan untuk berpuasa, tidak diperintahkan untuk onani. Jadi, onani tetap aja terlarang.
MUSIK
Satu hal yang biasanya remaja kurang tahu bahwa hal tersebut juga merupakan maksiat adalah mendengarkan musik. Parahnya, kehidupan remaja saat ini kayaknya nggak bisa lepas dari musik. Konsumen musik terbanyak tetap aja remaja. Buktinya, media cetak remaja, baik yang untuk cewek atau cowok, baik yang majalah atau yang tabloid, semuanya memberikan porsi ruang yang lumayan besar bagi berita musik.
Musik merupakan sesuatu yang haram karena Rasulullah bersabda tentang akan datangnya suatu kaum yang menghalalkannya. Musik merupakan senjata ampuh setan untuk melalaikan manusia dari mendengarkan Al-Quran.
Musik juga merupakan pembuka kemaksiatan lain. Orang yang suka musik mungkin akan sering menghadiri pertunjukan musik. Biasanya di pertunjukan musik, sponsornya adalah rokok. Trus, kalo beli tiket, dapat rokok gratis. Malah jadinya merokok kan? Belum lagi kalo acaranya bertempat di klub malam, pasti mereka jual minuman beralkohol juga. Udah acaranya kelar, acara lanjutannya pasti disko dan dansa bareng. Waduh, waduh,,,jangan sampe dech!
MENCONTEK
Dosa yang ini biasa terjadi di sekolah, terutama saat ulangan atau ujian. Mencontek dilakukan untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hakikatnya, mencontek adalah menipu, baik diri sendiri maupun guru.
Hasil yang kamu peroleh mungkin memang seperti yang kamu harapkan. Tapi betulkah demikian kemampuanmu? Ingatlah, pertanggungjawaban nggak cuma didepan guru saja. Di akherat nanti, penipuan yang kamu lakukan tersebut juga harus kamu pertanggungjawabkan. Nah lo!
MEROKOK
“Nggak jantan kalo nggak merokok!”
Remaja pria kalo udah diberi cap seperti ini biasanya keder juga. Lalu, ikut-ikutan lah ia merokok. Padahal, yang jantan adalah yang nggak merokok; sendirian tanpa rokok aja udah berani menghadapi masalah hidup. Kenyataannya, rokok memang bisa menjadi pelarian orang-orang pengecut yang nggak berani menghadapi hidup.
Rokok seluruhnya mengandung racun. Bisa jadi ia malah lebih berbahaya daripada khamr. Alloh melarang kita membinasakan diri kita sendiri. Kalo begitu, menghisap rokok juga diharamkan.
Rokok juga merupakan pintu untuk merasakan hal-hal haram lainnya. Pecandu rokok bisa-bisa tertarik untuk mencampurkan ganja di rokoknya. Ganja mempunyai efek memabukkan, jadi tentu saja ganja adalah barang haram. Kalo udah kenal rokok-dan ganja- nggak lama kemudian para remaja akan mencoba obat-obat penenang. Nggak ketinggalan juga miras. Seringkali pecandu semua itu berawal dari merokok. Busyeeet..!
HAL SIA-SIA
Waktu luang bisa menjadi bumerang. Tentu, kalo kita nggak bisa memanfaatkannya untuk kebaikan. Remaja yang mudah suntuk karena kebelumstabilan emosinya, ditambah beratnya beban pelajaran di sekolah membuat mereka lebih sering memanfaatkan waktu luang untuk bersenang-senang. Masalahnya kebanyakan hal yang senang-senang itu adalah hal yang sia-sia. Contohnya adalah kebiasaan nongkrong, maen game, keluyuran di pusat perbelanjaan, dsb.
Bayangkan, jika waktu luang itu kita gunakan untuk aktifitas yang bermanfaat. Oke, mungkin kamu bosen juga. Kebanyakan remaja pikir aktifitas bermanfaat itu harus yang perlu mikir-mikir berat. Sebenarnya enggak. Asal kamu punya hobi positif maka itu juga aktivitas yang bermanfaat.
Misalnya saja kamu seneng elektronika, maka waktu luangmu bisa kamu gunakan untuk belajar pemrograman, atau bikin situs dakwah, dan lain-lainnya. Paling gampang, waktu luangmu kamu gunakan untuk membaca, menambah ilmu -dan juga sesedikit ilmu yang diberikan di sekolah umum- adalah ilmu agama. Jadi, baca buku agama pas waktu luang sangat pas buatmu
Selengkapnya...
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat. Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu sendiri.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Secara singkat dapat dijelaskan bahwa keberadaan remaja yang ada di antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim) yang membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal (menyebabkan kematian).(Syah, 2001)
Namun, pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orangtua, guru dan masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap.
Menurut pandangan para ahli psikologi keluarga atau orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan. Selain itu remaja juga diberi dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun, proses pemahaman ini tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak remajanya.
Selanjutnya para pakar psikologi menyarankan strategi yang paling bagus dan cocok dengan remaja adalah strategi menghormati kecenderungannya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian orangtua kepada mereka. Strategi ini selain dapat menciptakan iklim kepercayaan antara orangtua dan anak, dapat juga mengajarkan adaptasi atau penyesuaian diri yang sehat pada remaja. Hal ini sangat membantu perkembangan, kematangan, dan keseimbangan jiwa remaja. (Mahfuzh, 2001)
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat tertangani secara baik. Pada fase ini di satu sisi remaja masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan kebergantungan kepada orangtuanya, dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya.
Remaja yang salah penyesuaian dirinya terkadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan mengkonsumsi minuman beralkohol banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan sampai mencapai tingkat ketergantungan penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.
Berkaitan dengan pelepasan tangung jawab, dikalangan remaja juga sering dijumpai banyak usaha untuk bunuh diri. di Negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Selandia Baru, masalah bunuh diri dikalangan remaja berada pada tingkat yang memprihatinkan. Sedangkan dinegara berkembang seperti Indonesia, perilaku tidak sehat remaja yang beresiko kecelakaan juga banyak dilakukan remaja, seperti berkendaraan secara ugal-ugalan. Hal lain yang menjadi persoalan penting dikalangan remaja disemua negara adalah, meningkatnya angka delinkuensi. Perilaku tersebut misalnya keterlibatan remaja dalam perkelahian antar sesame, kabur dari rumah, melakukan tindakan kekerasan, dan berbagai pelanggaran hukum, adalah umum dilakukan oleh remaja.
Kesehatan mental masyarakat pada dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat makin rendah.Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja, dalam bentuk program-program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan penggunaan zat-zat adiktif, serta penyuluhan tentang pencegahan terhadap HIV/AIDS, dan sejenisnya.
Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain seperti program-program kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja.
Selengkapnya...
Hancurnya moralitas remaja saat ini, tampak nya terus menjadi fakta yang layak disesali. Ber bagai aksi asosial dari kalangan remaja telah menja di wacana mengerikan, mulai dari tawuran, free seks, narkoba, perampokan, sampai para pemerko saan yang dilakukan oleh kalangan remaja kita sema kin membenarkan akan begitu parahnya kondisi moralitas remaja kita saat ini. Remaja telah mulai kehilangan kekuataan moralitasnya, sehingga deg radasi moralitas di kalangan mereka sangat sulit untuk diselesaikan. Masalah tersebut, sebenarnya tidak bisa terlepas akibat faktor yang tidak asing lagi di telinga kita, yaitu pergaulan bebas yang ti dak lagi terkontrol.
Pergaulan bebas yang biasanya terjadi di kala ngan remaja, mudah dilakukan, karena pada masa ini, para remaja memiliki kondisi mental dan pemiki ran yang sangat labil, sehingga mudah terjebak pada hal-hal yang tidak baik dilakukan. Kondisi labil tersebut, sangat berpengaruh terhadap kehidu pan remaja, sehingga mereka sangat musah terje bak dengan arus kehidupan yang dihadapinya, se kalipun arus tersebut akan membuat dirinya me nyesal di hari kemudian, termasuk melakukan hal-hal yang abnormal sekalipun. Remaja cenderung tidak pernah menyadari bahwa setiap perilaku asosial dan tanpa etika, akibat dari pergaulan yang dilakukan tanpa kontrol.
oleh : Fauzi Alambara
Hancurnya moralitas remaja saat ini, tampak nya terus menjadi fakta yang layak disesali. Ber bagai aksi asosial dari kalangan remaja telah menja di wacana mengerikan, mulai dari tawuran, free seks, narkoba, perampokan, sampai para pemerko saan yang dilakukan oleh kalangan remaja kita sema kin membenarkan akan begitu parahnya kondisi moralitas remaja kita saat ini. Remaja telah mulai kehilangan kekuataan moralitasnya, sehingga deg radasi moralitas di kalangan mereka sangat sulit untuk diselesaikan. Masalah tersebut, sebenarnya tidak bisa terlepas akibat faktor yang tidak asing lagi di telinga kita, yaitu pergaulan bebas yang ti dak lagi terkontrol.
Pergaulan bebas yang biasanya terjadi di kala ngan remaja, mudah dilakukan, karena pada masa ini, para remaja memiliki kondisi mental dan pemiki ran yang sangat labil, sehingga mudah terjebak pada hal-hal yang tidak baik dilakukan. Kondisi labil tersebut, sangat berpengaruh terhadap kehidu pan remaja, sehingga mereka sangat musah terje bak dengan arus kehidupan yang dihadapinya, se kalipun arus tersebut akan membuat dirinya me nyesal di hari kemudian, termasuk melakukan hal-hal yang abnormal sekalipun. Remaja cenderung tidak pernah menyadari bahwa setiap perilaku asosial dan tanpa etika, akibat dari pergaulan yang dilakukan tanpa kontrol.
Oleh karenanya, ketika pergaualan yang men jadi akar masalah, perlu diupayakan suatu upaya agar remaja dapat menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik, sehingga akan tercipta satu model pergaulan yang bahkan akan dapat memberikan dampak nyata terhadap pergaulan. Untuk memutus masalah pergaulan yang tidak baik, yang harus di lakukan adalah mengarahkan kembali pola perga ulan remaja dari pola pergaulan yang tidak berorien tasi pada basis moralitas ke arah pergaulan yang sesuai dengan etika pergaulan, yaitu dengan cara menghindarkan remaja dari pola pergaulan tanpa moral, dengan pola pergaulan dirnana nilai-nilai moral dapat menjadi pegangan pergaulan mereka.
Untuk itulah, guna menyelamatkan remaja dari pergaulan yang tidak terkendali ini, beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan, misalnya :
(1) Keluarga harus mamu menjadi pengendali pergaulan remaja dengan ketat. Orang tua dalam hal ini, harus lebih proaktif dalam mengarahkan dan menjadi pengendali bagi para remaja mereka masing-masing, terutama dalam hal menata pergau alan mereka agar lebih santun dan sesuai dengan kaidah-kaidah pergaualan yang bernilai posisitif. Orang tua harus senantiasa mengevaluasu sikap dan gerak gerik pergaualan remaja dalam setiap waktu, orang tua jangan sampai bersikap apatis atas sikap dan pergaulan para remaja mereka, se hingga anak remaja mereka akan menjadi remaja yang dapat terbina dengan baik. Sebab, keluarga (orang tua) pada intinya sebagai institusi terkecil di dalam proses pendidikan anak serta dalam rangka membangun mentalitas remaja, agar tetap terba ngun menjadi remaja yang memiliki mental dan mo ralitas yang kokoh.
(2) Lembaga pendidikan, seperti sekolah dan lembaga-lembaga keagamaa juga harus proaktif dalam mengendalikan masalah pergaualan remaja. Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengantisipasi pergaulan remaja. Lembaga pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pemberi wawasan mentalitas, tetapi juga harus mampu menjadi pengawas setiap perilaku atau per gaulan-pergaulan yang tidak baik untuk dilakukan oleh para remaja. Dengan kata lain, sekolah juga harus mampu menjadi institusi yang tidak hanya dapat mendidik mereka di dalam kelas, tetapi juga harus mampu mendidik mereka di luar kelas, yaitu pada saat remaja melakukan interaksi dalam ben tuk pergaulan-pergaualan bebas di luar kelas. Seko lah harus dapat memproteksi geraik- geri mereka secara aktif, sehingga pergaualan mereka akan terus bisa dikawal.
Dalam kerangka ini, kerjasama yang baik kedua elernent di atas, baik antara kelurga dan sekolah, sedikit banyak akan melahirkan satu pola pengen dalian dalam rangka mengantisipasi pergaulan-per gaulan remaja yang tidak diharapkan. Karena per gaulan bebas itulah yang menjadi faktor utama terjadinya perilaku-perilaku asosial kalangan rema ja. Sementara remaja adalah aset masa depan yang harus diselamatkan. Mental dan moralitas me reka merupakan harapan bangsa yang harus ber sih, karena merekalah calon-calon pemimpin bangsa ini. Mereka harus diselematkan dari pergaualan bebas dan pergaulan-pergaulan yang tidak mendi dik, karena pergaulan yang bebas, hanya membuat kalangan remaja kita menjadi generasi-generasi yang kehilangan dedikasinya sebagai calon pemim pin.
Hal itu juga dirasakan oleh orang-orang Barat, yang notabene telah berekonomi mapan betapa dampak negatif dari pergaualan bebas ini. Oleh ka rena itu, salah satu hal yang dilakukan oleh orang-orang barat dalam mengantisipasi pergaulan bebas ini adalah dengan cara memisah antara anak-anak puteri dengan laki-laki dalam semua jenjang pendi dikan dan lembaga-lembaga sekolah.
Langkah tersebut tentu saja merupakan salah satu pilihan yang dilakukan oleh orang-orang Barat dalam rangkja mengantisipasi terciptanya pergau lan bebas di kalangan remaja (anak sekolah). Pe misahan antara laki-laki dan perempuan dalam seti ap jenjang lembaga pendidikan, jelas merupajan langkah yang sangat tepat, sehingga pergaulan bebas antara remaja putera dan putri akan dapat terkawal dengan baik, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan.
Selengkapnya...
tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang anak - anak remaja semakin punya banyak peluang untuk pergaulan bebas. Terutama di kota besar. Media informasi dan tehnologi semakin canggih, berbagai macam tayangan film dan berita dengan mudah diakses. Sementara di sisi lain orangtua sibuk bekerja. Tanpa disadari mereka telah kehilangan banyak momen penting dalam pengawasan pertumbuhan dan perkembangan anak .
Beberapa kali saya pernah bertanya ( secara acak ) pada murid - murid perempuan Sekolah Dasar di sekitar lingkungan saya tinggal . Pertanyaannya sebenarnya sederhana dan hanya dua hal saja. Yang pertama saya ingin mengetahui seberapa banyak anak Sekolah Dasar yang mendapat haid pertama dan belum sempat diberitahu oleh orangtuanya mengenai persiapan menghadapi haid pertama kali. Jawaban mereka polos dan lugu - lugu. Dan ada beberapa jawaban yang membuat saya terharu.
Memang ada juga yang menjawab sudah mendapat pelajaran di sekolah tentang haid. Meskipun sudah mendapat pelajaran dari sekolah, namun kenyataannya anak - anak tersebut juga ada yang mengaku panik, takut dan malu. Bahkan ada yang merahasiakan pada orang tuanya . Ada pula yang menjawab belajar cara perawatan diri saat haid justru dari pembantunya .
Pada jaman dulu anak perempuan haid rata- rata usia 12 atau 16 tahun. Tetapi sekarang usia 8 atau 9 tahun sudah mulai banyak terjadi. Beberapa pendapat para ahli menyebutkan anak perempuan mendapat haid pertama dalam usia yang lebih muda karena faktor gisi yang semakin baik dan pengaruh dari lingkungan.
Lalu pertanyaan kedua yang saya ajukan pada beberapa anak Sekolah Dasar yang sudah mendapat haid tersebut adalah :
‘” Apakah kalian sudah punya pacar ? “
Tahukah anda salah satu jawaban polos dari anak - anak itu ?
“Aku sudah punya pacar namanya Yudi, dia sering bantu aku buat PR “
Sahabat bidancare, peryataan di atas sudah cukup jelas bukan? Saya harap anda bisa merenungkan nya. Mereka sudah haid dan punya pacar diusia yang belia. Ini bukan persoalan salah atau benar, boleh atau tidak. Yang dibutuhkan mereka adalah adalah PENDAMPINGAN yang intensif dengan penuh kasih sayang. Berusahalah memberikan sedikit waktu anda untuk mendampingi putri anda dalam suasana bersahabat, bicara dari hati ke hati. Jika anda langsung melarang atau marah, belum tentu menyelesaikan masalah. Mereka justru pacaran sembunyi - sembunyi dan ini berbahaya.
Jadilah sahabat terbaik bagi putri anda yang sudah memasuki masa pubertas. Jika perlu beri kesempatan pada anak - anak untuk mengundang teman - temannya bermain ke rumah sehingga anda bisa mengetahui dan mengenal siapa saja yang menjadi sahabat anak - anak kita. Jalin relasi yang baik juga dengan orang tua dari sahabat putri anda. Jika ada kesempatan berdua saja dengan putri anda cobalah berbincang - bincang dan sambil bergurau bertanya tentang hal - hal menarik tentang pacar mereka. Buatlah pembicaraan rileks dan santai tanpa berkesan ingin menyelidiki agar anak mau terbuka. Lalu pelan - pelan anda bisa memberi masukan pada anak mengenai pendidikan seksualitas. Dan mengarahkan untuk tidak berpacaran dulu tanpa anak merasa disalahkan .
Sahabat bidancare, banyak sekali bacaan bermutu di toko buku mengenai pendidikan seksualitas pada remaja. Jika tidak sempat ke toko buku anda bisa memanfaatkan beberapa informasi berikut dari bidancare untuk menjadi bahan diskusi anda dengan anak - anak atau saat bersama para ibu dalam acara arisan atau PKK . Sesekali ngrumpi tentang kesehatan bagus juga dijadikan topik bukan? Semoga bermanfaat . Salam untuk teman - teman arisan dan PKK dari www.bidancare.com.
Sahabat bidancare, menurut Prof Ida Bagus Gde Manuaba SpOG dan beberapa literatur lain ada beberapa masalah penting yang perlu mendapat perhatian sebagai dampak kehamilan pranikah pada remaja. Saya coba rangkum di dalam tulisan berikut ini semoga bermanfaat .
Dampak kehamilan pranikah pada remaja :
1 . Masalah kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja (putri ) yang kelak akan menikah dan menjadi orangtua. Kesehatan reproduksi yang prima akan menjamin generasi yang sehat dan berkualitas. Di kalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus ke arah liberalisasi dan berakibat timbulnya berbagai penyakit menular seksual yang merugikan alat reproduksi antara lain sifilis, gonorhoe, herpes alat kelamin, condiloma akuminata, HIV dan pada akhirnya AIDS.
Jika suatu saat ingin hamil normal maka besar kemungkinan alat reproduksi sudah tidak baik dan menimbulkan berbagai komplikasi dalam kehamilan baik bagi ibu maupun janin yang dikandung .
2. Masalah psikologis pada kehamilan remaja
Remaja yang hamil di luar nikah, menghadapi berbagai masalah tekanan psikologis. Yaitu ketakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri. Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau bertanggung jawab. Perasaan bersalah membuat mereka tidak berani berterus terang pada orang tua.
Pada beberapa kasus seringkali ditemukan remaja yang hamil pra nikah menjadi frustasi. Lalu nekad berusaha melakukan pengguguran kandungan dengan pijat ke dukun. Biasanya mereka mendapat referensi dari teman - taman sebaya agar minum obat - obatan tertentu untuk menggugurkan kandungan padahal mereka tidak tahu bahwa obat tersebut sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa. Sementara dampak psikologis dari pihak orang tua adalah perasaan malu dan kecewa. Merasa gagal untuk mendidik putri mereka terutama dalam hal moral dan agama. Kehamilan di luar nikah masih belum bisa diterima di masyarakat Indonesia. Sehingga anak yang dilahirkan nantinya juga akan mendapat stigma sebagai anak haram hasil perzinahan. Kendati ada juga yang kemudian dinikahkan, kemungkinan besar pernikahan tersebut banyak yang gagal karena belum ada persiapan mental dan jiwa yang matang .
3. Masalah sosial ekonomi
Keputusan untuk melangsungkan pernikahan diusia dini yang bertujuan menyelesaikan masalah pasti tidak akan lepas dari kemelut seperti ; penghasilan terbatas / belum mampu mandiri dalam membiayai keluarga baru , putus sekolah, tergantung pada orangtua. Remaja yang hamil dan tidak menikah sering kali mendapat gunjingan dari tetangga. Masyarakat di Indonesia masih belum bisa menerima single parent . Kontrol sosial dan moral dari masyarakat ini memang tetap diperlukan sebagai rambu - rambu dalam pergaulan .
4.dampak kebidanan
Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan “kurun waktu reproduksi sehat” antara umur 20 sampai dengan 30 tahun .Hal ini karena belum matangnya sitem reproduksi yang berpengaruh besar terhadap kesehatan ibu maupun janin .
Berbagai permasalahan kompleks tersebut di atas memudahkan terjadi :
a. Pengguguran kandungan dengan sengaja atau sering disebut abortus provocatus.
Selain melanggar agama dan hukum juga berakibat membahayakan keselamatan jiwa. Tindakan aborsi ilegal mengakibatkan terjadi infeksi, perdarahan dan sebagai akibat lanjut adalah kemandulan.
b. Terjadi berbagai komlikasi kesehatan yang buruk bagi janin dalam kandungan.
Antara lain persalinan prematur dan berat badan bayi yang rendah karena kurang gisi. Gangguan pertumbuhan organ / bayi cacat akibat pernah mengkonsumsi obat obatan, penggunaan korset untuk menutupi kehamilan dengan menekan perut.
c . Komplikasi kehamilan pada ibu yang mengandung
- Anemia ( kekurangan sel darah merah / Hemoglobine ) karena kebutuhan gisi selama hamil tidak diperhatikan .
- Akibat stres berlebihan menimbulkan hiperemesis gravidarum (mual muntah yang berlebihan ) .
- Terjadi kenaikan tekanan darah atau keracunan kehamilan yang di sebut pre eklampsia atau berlanjut menjadi eklampsia dan dapat mengancam jiwa.
- Terjadi infeksi baik saat hamil maupun masa nifas, terutama pada kehamilan dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.
- Meningkatkan angka kematian ibu.
Angka kematian ini terutama disebabkan karena percobaan pengguguran secara ilegal oleh dukun dan mengakibatkan infeksi, perdarahan .
Sahabat bidancare di kompasiana, semoga apa yang saya sampaikan ini dapat berguna. Sekali lagi keluarga adalah tempat pendidikan yang paling dasar untuk membentuk kepribadian dan perilaku dari anak- anak. Semoga dasar keimanan dan moral yang baik yang telah kita tanamkan sejak kanak - kanak dapat membuat mereka bertahan ketika menghadapi pengaruh buruk lingkungan .
Bidancare, Romana tari Amd Keb :sumber ; Ilmu Kebidanan dan Penyakit kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan bidan ; Prof , dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOg, Perawatan kesehatan Ibu di PUSKESMAS ; DEPKES RI, Sinopsis Obstetri fisiologi dan patologi ; Prof Dr. Rustam Muchtar, MPH. Dan dari berbagai makalah seminar seksualitas pada remaja.
Selengkapnya...
Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.
Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali
5. Penyalahgunaan obat bius
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.
Apa yang harus anda lakukan bila anda merasa cemas terhadap anak remaja anda
Langkah pertama adalah bertanya kepada diri sendiri apakah perilaku yang mencemaskan itu adalah perilaku yang normal pada anak remaja. Misalnya adalah pemurung, suka melawan, lebih senang sendiri atau bersama teman-temannya dari pada bersama anda. Anak remaja anda ingin menunjukan bahwa ia berbeda dengan anda. Hal ini dilakukan dengan berpakaian menurut mode mutakhir, begitu pula dengan kesenanganya pada potongan rambut dan musik. Semua itu sangat normal, asal perilaku tersebut tidak membahayakan, anda tidak perlu prihatin.
Tindakan selanjutnya adalah menetapkan batas dan mempertahankannya. Menetapkan batas itu sangatlah penting, tetapi batas-batas itu haruslah cukup lebar untuk memungkinkan eksplorasi yang sehat.
• Bila perilaku anak anda membahayakan atau melampaui batas-batas yang anda harapkan, langkah berikutnya adalah memahami apa yang tidak beres.
• Depresi dan perilaku yang membahayakan diri selalu merupakan respon terhadap stres yang tidak dapat diatasinya.
• Anak remaja yang berperilaku atau suka membolos seringkali akibat meniru dan mengikuti teman-temannya, dan merupakan respon dari sikap orang tua yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
• Minum-minuman alkohol dan menghisap ganja biasanya merupakan respon terhadap stres dan akibat meniru teman. Masalah seksual paling sering mencerminkan adanya kesulitan diri didalam proses pendewasaan.
Secara umum masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang tua yang "cukup baik". Donald winnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah "good enough mothering" ia menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan memberi respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna. Sekarang laki-laki pun telah "diikutsertakan", sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang "menjadi orang tua yang cukup baik"
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:
1. memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan dan kesehatan
2. memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak.
3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
4. Membimbing dan mengendalikan perilaku.
5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak anda matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami.
6. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit
Selengkapnya...
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
• Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
• Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Jenis-jenis kenakalan remaja
• Penyalahgunaan narkoba
• Seks bebas
• Tawuran antara pelajar
Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Selengkapnya...
Bahaya bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
Apa yang masih bisa dilakukan?
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake)antara 1 - 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
Selengkapnya...
REMAJA DAN ROKOK
Dimasa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi siperokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatabelakangi seorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan didepan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
PENYEBAB REMAJA MEROKOK
1. Pengaruh Orangtua.
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer&Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja yang tidak merokok.
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektonik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Selengkapnya...
Masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja perempuan di Indonesia masih terabaikan, ini terlihat dari banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, kekerasan masa pacaran dan aborsi dengan obat-obatan yang beresiko tinggi.
"Data konseling kehamilan tidak dikehendaki selama 2004 menunjukkan 560 kasus reproduksi dengan proporsi usia di bawah 18 tahun mencapai 10,89 persen," kata Indana Laazulva SIP Mkes pada seminar Kesehatan Reproduksi bagi Ibu, Remaja dan Anak dalam Perspektif Gender yang diselenggarakan Pusat Studi Wanita Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, sebagian remaja tersebut berusia 14 hingga 24 tahun, dan pengetahuan mereka tentang resiko melakukan hubungan seks masih rendah. "Ini karena kurangnya informasi mengenai seksualitas dan reproduksi," sambungnya.
Salah satu solusinya, yakni melalui program promotif, preventif dan kuratif, antara lain dengan pelatihan kepada remaja perempuan untuk berkata `tidak` jika diajak berhubungan seks oleh pacarnya, layanan kesehatan yang ramah dan bisa diakses secara mudah oleh para remaja, memperbaiki komunikasi antar orangtua dan anak.
Juga bisa melalui pemberian dukungan sosial, spikis dan layanan kesehatan bagi perempuan korban kehamilan tidak dikehendaki (KTD)
Kata dia, pemerintah sendiri perlu menetapkan kebijakan dalam menjalankan program tersebut, yakni dengan menyediakan pembiayaan kesehatan reproduksi remaja sesuai kesepakatan International Conference for Population and Development (ICPD) Kairo 1994 tentang hak-hak remaja.
Dalam seminar ini juga dibahas pentingnya informasi bagi para ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi, sehingga bayi tidak akan mengalami gangguan selama pertumbuhannya.
Dicontohkannya, salah satu penyakit karena kekurangan gizi adalah anencephaly, yakni bayi lahir dengan tidak memiliki otak, sehingga mengakibatkan kematian.
Pakar gizi anak Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta Dr Endy Paryanto P mengatakan masyarakat perlu memahami pentingnya asupan gizi untuk kesehatan bayi agar tidak mengalami resiko kesehatan dalam pertumbuhannya.
Ia mengatakan peran makanan dalam tumbuh kembang anak adalah membentuk struktur pertumbuhan otak dan menjalankan fungsi otak, yang pertumbuhannya dimulai sejak bayi masih dalam kandungan sampai usia 12 tahun.
Menurut dia, selama ini penyuluhan kesehatan belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga masih banyak warga masyarakat yang belum tahu bahwa gizi merupakan kebutuhan utama dan penting bagi pertumbuhan bayi.
Maka, peran pemerintah, orangtua, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), institusi pendidikan serta masyarakat sangat diperlukan dalam memahami, mencegah serta cara mengatasi masalah seksualitas dan seputar kasus reproduksi itu.
Selengkapnya...
Kecanduan internet bisa kita definisikan sebagai keinginan untuk melakukan aktifitas online pada jaringan internet secara terus menerus dalam waktu yang lama. Seperti jenis kecanduan yang lain, kecanduan internet pun bisa memberikan akibat yang buruk bagi si pecandu internet. Para pecandu internet disinyalir bahwa sebagian besar adalah dari kelompok remaja. Dan beberapa waktu yang lalu, para peneliti di Australia dan China melakukan studi khusus tentang kecanduan internet ini.
Remaja Pecandu Internet Lebih Mungkin Celakai Diri
Remaja yang kecanduan internet punya kemungkinan lebih besar untuk melakukan perbuatan yang membahayakan diri mereka, demikian hasil studi ilmuwan Australia-China seperti dilaporkan Reuters health.
Para peneliti mengkaji 1.618 remaja berusia 13 sampai 18 tahun dari Provinsi Guangdong di China mengenai perilaku memukul diri, menjambak, mencubit atau membakar diri. Para responden juga diberi tes guna mengukur tingkat kecanduan mereka terhadap internet.
Kecanduan internet telah dikategorikan sebagai masalah kesehatan mental sejak pertengahan 1990-an dengan gejala yang serupa dengan kecanduan lain. Tes itu mendapati bahwa sebanyak 10 persen siswa yang disurvei kecanduan internet pada tingkat sedang, sementara kurang dari satu persen adalah pecandu berat internet.
"Semua siswa yang dikategorikan sebagai kecanduan tingkat sedang terhadap internet, 2,4 kali lipat lebih besar kemungkinannya melukai diri sendiri, satu sampai lima kali dalam 6 bulan belakangan dibandingkan dengan siswa yang tidak kecanduan internet," kata Dr. Lawrence Lam dari University of Notre Dame, Australia.
Siswa yang kecanduan Internet pada tingkat sedang hingga parah hampir lima kali lipat lebih mungkin dibandingkan dengan siswa yang tidak kecanduan untuk melukai diri mereka sendiri enam kali atau lebih dalam 6 bulan belakangan, kata Lam dan rekannya dari Sun Yat-Sen University, Guangzhou.
"Dalam beberapa tahun belakangan, dengan makin tersedianya internet di sebagian besar negara Asia, kecanduan internet telah menjadi masalah kesehatan yang bertambah besar di kalangan remaja," kata para peneliti tersebut di jurnal Injury Prevention. Mereka mengatakan hasil itu menunjukkan hubungan "yang kuat dan mencolok" antara kecanduan internet dan tindakan melukai diri di kalangan remaja bahkan jika dihitung bersama variabel lain yang berkaitan dengan perilaku seperti depresi, ketidakpuasan pada keluarga, atau peristiwa hidup yang membuat stres.
Para peneliti mengatakan hal itu menunjukkan bahwa kecanduan ialah satu faktor risiko terpisah bagi tindakan melukai diri. Para ahli menafsirkan kecanduan internet antara lain jika ada perasaan depresi, gelisah, dan murung ketika tidak melakukan kegiatan internet. Semua itu baru bisa hilang ketika pecandunya kembali melakukan kegiatan online. Mengkhayal atau terlalu memikirkan kegiatan online adalah tanda lain mengenai kecanduan internet.
"Semua perilaku ini mungkin berpangkal pada kesamaan umum ... semua faktor yang memerlukan penelitian lebih lanjut," kata mereka.
Selengkapnya...
Di sekolah merupakan sebagian besar waktu keberadaan remaja. Kesulitan dalam hampir semua masalah hidup seringkali dimanifestasikan sebagai masalah-masalah sekolah.
Masalah-masalah sekolah selama tahun-tahun remaja kemungkinan hasil dari pemberontakan dan suatu keinginan untuk bebas. Sangat jarang, disebabkan gangguan kesehatan jiwa, seperti kegelisahan atau depresi. Penggunaan zat-zat, kekerasan dan konflik keluarga juga menjadi penyebab umum masalah-masalah sekolah. Kadangkala, penempatan akademis yang tidak sesuai-terutama sekali pada remaja yang mengalami ketidakmampuan belajar atau keterlambatan mental ringan yang tidak segera diketahui di dalam hidup-menyebabkan masalah-masalah sekolah. Umumnya, remaja dengan masalah-masalah sekolah yang signifikan harus menjalani tes pengetahuan dan evaluasi kesehatan mental. Masalah-masalah yang khusus diobati bila diperlukan, dan dukungan umum dan dorongan dilakukan.
kegagalan akademis. Masalah-masalah yang mulai terjadi di lingkungan anak-anak, seperti kurang perhatian/gangguan hiperaktif (ADHD) dan gangguan belajar, bisa berlanjut untuk menyebabkan masalah-masalah sekolah pada remaja.
Antara 1 % - 5 % remaja mengalami ketakutan memasuki sekolah. Ketakutan ini kemungkinan sama rata atau berhubungan dengan orang tertentu (seorang guru atau pelajar lain) atau peristiwa di sekolah (seperti kelas pengetahuan fisik). Remaja bisa mengalami gejala-gejala fisik, seperti sakit perut, atau bisa sederhana menolak pergi ke sekolah. Personil sekolah dan anggota keluarga harus mengidentifikasi alasannya, jika banyak, untuk rasa takut dan mendorong remaja tersebut untuk masuk sekolah.
Remaja yang sering bolos atau keluar dari sekolah telah menyadari keputusannya untuk menghindari sekolah. Remaja ini biasanya mencapai akademis yang minim dan memiliki sedikit kesuksesan atau kepuasan dari kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Mereka seringkali terlibat dengan tingkah laku yang beresiko tinggi, seperti melakukan seks yang tidak aman, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam keributan. Remaja dengan resiko keluar dari sekolah harus diberi perhatian pada pilihan pendidikan yang lainnya, seperti pelatihan kejuruan dan prgogram alternatif lainnya.
Selengkapnya...
JUMLAH penduduk dunia diantaranya 52 dari 100 Ibu hamil dinyatakan anemia (WHO 2000). Di Indonesia terdapat anemia pada wus sebesar 39,5%, bumil 50,9%, buteki 45,1% (SKRT 1995) dan wus 27,7% (SKIA 2001). Apabila dilihat jumlah penduduk di dunia maupun di Indonesia pada umumnya adalah wanita yang memasuki kehamilannya dalam keadaan anemia.
Anemia pada remaja putri menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi >15%, dimana merupakan hasil penelitian pada remaja putri 10-14 tahun di Bogor sebesar 57,1% (SKRT 1995), remaja putri di Bogor 44% (Permaesih 1988), remaja putri di Bandung 40-41% (Saidin 2002 & Lestari 1996), remaja putri di Bogor, Tangerang dan Kupang 4,17% (UNICEF 2001), remaja putri 10-19 tahun 30% (SKRT 2001), anak SD daerah pantai 23,58% (Dinkes Kab. Tangerang 2001).
Dampak anemia pada remaja putri yaitu tubuh pada masa pertumbuhan mudah terimfeksi, mengakibatkan kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar/prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko tinggi.
Dampak anemia khususnya pada bumil anemia diantaranya perdarahan waktu melahirkan sebesar 40% (Depkes 2001), angka kematian ibu tinggi sebesar 343 ibu meninggal setiap 100.000 kelahiran (SDKI 1997). Hal ini terutama disebabkan karena keracunan kehamilan dan infeksi.
Ciri-ciri remaja putri yaitu masa remaja terjadi perubahan postur tubuh dan peningkatan tinggi badan secara cepat, usia remaja 10-18 tahun (WHO 1995), rata-rata usia tingkat kematangan/mature stages pada remaja putri (WHO, 1995), diantaranya pertumbuhan payudara 10,6 tahun, puncak peningkatan TB 11,7 tahun, haid pertama 12,8 tahun.
Kebutuhan gizi pada masa tumbuh kembang remaja yaitu energi (aktifitas aktif). Protein (membentuk sel-sel baru ), lemak (sumber energi & membentuk sel-sel saraf/transport vitamin, vitamin dan mineral & air (metabolisme tubuh), serat (membantu proses pencernaan, Fe & zinc/Zn (berperan untuk pembentukan jaringan tubuh), kalsium, phosphor & Vitamin D (pembentukan tulang/gigi), Vitamin B1, niacin & riboflavin (metabolisme karbohidrat), Vitamin B6, asam folat & vitamin B12 (membentuk anti sel/DNA/RNA, vitamin A & C & vitamin E (fungsi penglihatan) & meningkatkan daya tahan tubuh & anti oksidan.
Status gizi pada remaja putri di Indonesia yaitu kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), kurang zat gizi mikro (vitamin, mineral). Kurang zat gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus dan BB turun drastis, pendek, anemia, sakit terus menerus, sehingga sebagai calon ibu tidak sehat.
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang kembang yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergualan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional ). Kurang zat besi & gizi lain yang pentig untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Berdasarkan penelitian Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI bekerjasama dengan SEAMEO-TROPMED RCCN-FKUI dan UNICEF 2004, di daerah pantai wilayah Kab. Tangerang yaitu 2 kecamatan (Kosambi dan Teluknaga) pada 2001 murid wanita umur 10-12 tahun kelas 4-5 SD/Madrasah/sederajat yang telah terpilih.
Suplementasi Iron /zat besi & Zinc/seng pada remaja putri cukup diperlukan, karena remaja putri yang anemia/rentan kurang zinc (sumber zat besi & Zn hampir mirip yaitu sumber hewani seperti daging, produk laut & sumber nabati seperti kacang-kacangan), remaja putri (membutuhkan zat besi & Zn untuk tumbuh kembang), pemberian zat besi (mengobati remaja putri yang anemia, pemberian zinc(meningktan pembentukan sel-sel baru, pemberian Iron & zinc (meningkatkan status besi & Zn/meningkatkan tumbuh kembang dan kesehatan).
Tujuan peberian suplementasi, meningkatkan status gizi & kesehatan remaja putri yang anemia, melihat efek suplementasi pada peningkatan kadar HB & zat besi & zinc dalam darah melihat efek suplementasi pada penurunan kejadian sakit, melihat efek suplementasi pada peningkatan berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tumbuh (IMT).
Hasil pemberian suplementasi akan dimanfaatkan/dikembangkan untuk program pencegahan & penanggulangan anemia kurang besi pada remaja putri, penurunan angka kesakitan pada remaja putri, peningkatan status gizi & kesehatan pada remaja putri. Suplementasi zat besi & Zn pada remaja putri diharapkan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan pada remaja putri. Suplementasi zat besi & Zn pada remaja putri diharapkan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status gizi & kesehatan calon ibu (menurunkan kematian ibu melahirkan akibat perdarahan & menurunkan bayi lahir dengan BB rendah).
Selengkapnya...
Seperti kita semua tahu obesitas selain memimpin orang untuk memutuskan masalah-masalah kesehatan cenderung mempengaruhi harga diri remaja muda. Dalam kebanyakan kasus, teman-teman menggertak dan menggoda anak-anak ini yang mungkin kelebihan berat badan bila dibandingkan dengan anak-anak lain. Ini saja memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi cara pandangan anak sendiri serta memiliki pengaruh yang mendalam pada kehidupan sosial mereka. Remaja obesitas terus meningkat dengan mantap dalam 20 tahun terakhir dan diperkirakan bahwa 12,5 juta remaja atau 70% dari populasi remaja saat ini kelebihan berat badan.
Ada beberapa faktor yang berkontribusi untuk remaja menjadi gemuk di Amerika hari ini:
1. Kebiasaan makan yang buruk. Tidak makan makanan yang tepat pada jumlah yang tepat pada waktu yang tepat adalah alasan utama yang berkontribusi terhadap obesitas pada remaja. Makanan cepat saji dan minuman ringan adalah penyebab utama. Remaja telah menjadi pelanggan konsisten dari rantai makanan cepat saji yang telah bermunculan di semua lingkungan Amerika. Kecenderungan untuk makan terlalu banyak pilihan makanan cepat ditambah kegagalan untuk makan pada waktu yang tepat semua faktor remaja ini kelebihan berat badan masalah. Di samping itu, remaja cenderung makan yang cukup kuantitas tetapi gagal untuk mendapatkan nutrisi yang tepat dari makanan yang mereka konsumsi. Makanan cepat saji telah menunjukkan untuk menjadi sarana yang ideal makan terutama karena banyak orang yang hidup mondar-mandir gaya hidup yang cepat.
2. Kemalasan dan kurangnya berolahraga. Karena teknologi yang sekarang menawarkan otomatisasi dalam hampir segala sesuatu yang kita lakukan sebagian besar tugas-tugas yang membutuhkan semacam mengerahkan upaya telah efektif digantikan dengan gadget dan barang-barang berteknologi tinggi lainnya. Menonton TV dan komputer juga memberikan andil besar untuk masalah obesitas ini di remaja. Remaja menghabiskan lebih banyak waktu di depan TV atau komputer sementara kebanyakan makan junk food dan mengkonsumsi sejumlah besar minuman ringan bukan berolahraga dan berkeringat.
3. Faktor psikologis. Stres, kegelisahan dan terutama depresi dapat menyebabkan seorang remaja untuk makan hanya untuk menenangkan diri. Ini adalah faktor penting yang pada akhirnya akan menyebabkan kegemukan di remaja.
4. Kondisi-kondisi medis. Beberapa kondisi penyakit dapat menyebabkan remaja menjadi kelebihan berat badan seperti masalah tiroid.
5.Heredity. Ini adalah situasi di mana masalah kelebihan berat badan hanya berjalan di dalam keluarga. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap obesitas remaja harus diatasi dalam rangka untuk mengurangi meningkatnya jumlah remaja yang sedang kelebihan berat badan. Ada banyak kasus di mana anak-anak meninggal di depan orang tua mereka hanya karena obesitas sehingga sangat penting untuk melakukan sesuatu yang positif dan mengatasi masalah ini segera. Keluarga terutama orang tua memiliki peran besar untuk diputar bila menyelesaikan obesitas remaja mereka.
Selengkapnya...
Belakangan ini muncul fenomena geng motor di kalangan anak muda, khususnya remaja kita. Meskipun sama sekali bukan hal baru, namun geng motor mencuat ke publik berkenaan dengan isu dan praktek kekerasan yang lekat dengannya.
Sebenarnya bila remaja berkumpul dan berkelompok, itu merupakan hal yang lumrah. Masalahnya adalah ketika berkumpulnya mereka itu mengarah pada hal yang destruktif. Sebagaimana lazimnya manusia, kalangan remaja juga membutuhkan komunitas untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Mereka akan merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan sesama, dalam artian usia yang sama lebih-lebih dengan kecenderungan dan hobi yang sama pula. Interest yang sepadan akan menguatkan jalinan serta ikatan emosional antarsesama anggota yang berada dalam satu grup.
Geng motor dan geng-geng remaja lain pada awalnya merupakan jawaban nyata dari kebutuhan kaum remaja atas wadah komunikasi antarsesama tadi. Remaja-remaja yang punya back ground sama: memiliki sepeda motor dan suka ber-?motor ria'. Pada perkembangannya, setelah mereka berkumpul dalam sebuah geng, mereka akan mengisi perkumpulan itu dengan aktivitas. Di sinilah masalah mulai muncul. Pemilihan terhadap aktivitas apa yang akan dijadikan materi kelompok akan menentukan bagaimana warna geng itu ke depan. Tidak semua geng motor mempunyai tujuan baik, atau bahkan jangan-jangan ada geng motor yang memang mempunyai tujuan tidak baik semenjak awalnya.
Lebih parah lagi, bila tujuan yang kurang atau tidak baik itu memang telah ditetapkan dan disepakati bersama anggota geng untuk dilaksanakan. Patut diduga, remaja-remaja memilih geng motor sebagai saluran organisasinya karena organisasi-organisasi remaja yang sudah establish barangkali tidak mampu untuk mewadahi mereka. Atau lebih dari itu, organisasi bersegmen remaja tidak bisa menjangkau dan melayani kebutuhan mereka. Remaja adalah masa di mana mereka membutuhkan wadah untuk berapresiasi dan berekspresi. Sepanjang organisasi remaja tidak mampu memenuhi itu, maka ia akan ditinggalkan. Menurut psikologi perkembangan, kebanyakan anak remaja belum punya pikiran jauh dan panjang.
Mereka lebih suka memikirkan hal-hal yang dekat, terjangkau dan berbau senang-senang atau fun. Hal itu masih wajar bila mereka tidak terjerembab pada pilihan-pilihan yang jelas-jelas negatif. Remaja memang memiliki dunianya sendiri yang berbeda dengan dunia dewasa dan orang tua.Yang diperlukan adalah kontrol dan pengarahan mereka untuk selalu berada pada ?jalan yang benar'. Pun kebenaran itu tidak harus diperspektifkan sebagai hal yang kaku dan tidak berwarna. Biarlah remaja tetap berada dalam dunia keremajaan dan keceriannya, sepanjang dalam batasan yang tidak kebablasan (musrif). Toh, remaja pada dasarnya juga mempunyai naluri sehatnya sendiri versi mereka, sungguhpun bagi kalangan tua (yang kolot) kadang banyak hal yang dilakukan remaja hari ini tampak asing, aneh, dan dianggap melanggar.
Remaja adalah pribadi-pribadi yang gelisah. Posisi organisasi remaja seharusnya mampu menjadi ?pelarian' (dalam artian positif) bagi kegelisahan mereka. Para remaja banyak yang merasa kesepian dan membutuhkan pendamping, di luar orangtua dan guru mereka. Apalagi dalam satu kasus ketika orangtua tidak cukup waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anak,dan guru hanya bisa mengajarkan mata pelajaran secara teks book semata. Organisasi remaja semisal Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU),Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Pelajar Islam Indonesia (PII), Remaja Masjid, Karang Taruna, dan sebagainya harus mampu melakukan reorientasi program dan kegiatan yang mempunyai sense kuat terhadap kebutuhan remaja. Kalau ini terpenuhi, maka remaja-remaja kita akan merasa memiliki teman yang mengasikkan namun sekaligus mampu memberikan guidance.
Kegagalan Pendidikan Maraknya geng motor yang bersifat destruktif dilihat dari sudut pandang lain juga merupakan wujud kekagalan dari pendidikan kita. Betapa para pelajar kita tidak cukup hanya diajari mata pelajaran tertentu, atau hanya didorong hanya untuk lulus ujian. Pelajar dan remaja membutuhkan sesuatu yang lebih dari itu: moral dan etika secara practical.
Karenanya, pendidikan harus kembali benar-benar diarahkan untuk tidak sekadar menggenjot capaian-capaian pada aspek kognitif semata, namun harus diseimbangkan dengan aspek afeksi dan psikomotorik. Nilai bagus memang penting, namun tentu tidak hanya itu. Pengajaran dan pemantauan terhadap budipekerti pelajar juga tidak kalah penting untuk dilakukan secara intensif. Bagaimana dengan Ujian Nasional (UN)? UN dalam satu sisi memang mampu memicu siswa untuk belajar. Namun pertanyannya, apakah itu terjadi karena terpaksa atau memang kerelaan. Analisa sementara, pelajar kita cenderung terpaksa. Karena itu mereka merasa stress dan tertekan. Kondisi stress inilah yang kemudian mengarahkan para pelajar dan remaja untuk mencari pelampiasan dan ruang untuk refreshing. Informasi soal kenaikan nilai UN dari mnimal 5 menjadi 5,25 mau tidak mau akan semakin menambah rasa stress itu.
Dan semakin mereka stress, tuntutan dari dalam diri untuk mencari tempat pelarian akan semakin besar. Termasuk penambahan mata pelajaran yang diujikan dari hanya tiga pelajaran menjadi enam pelajaran. Pada sebuah kesempatan auidensi dengan Wapres Jusuf Kalla, kepada penulis beliau menyatakan kegembiraannya akan keberhasilan UN memacu siswa untuk belajar dan terpaksa belajar sehingga tidak punya waktu untuk tawuran dan sebagainya.
Makanya beliau sangat mendukung UN tetap dilaksanakan. Bahkan beliau sampai berucap, "Kalau ada siswa yang sampai bakar sekolah gara-gara UN, maka saya akan bangun sekolah yang lebih bagus lagi". Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya mampu mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Kesiapan itu tentu bukan semata pada wilayah capaian nilai formal. Maka sekolah harus mampu melihat dan memperlakukan pelajar sebagai pribadi yang utuh.
Tidak pas kalau sekolah hanya menuntut siswanya untuk belajar dan belajar untuk memenuhi targetan angka-angka. Karena para pelajar harus dikenalkan untuk mempelajari kehidupan yang sesungguhnya. Dus, kondisi terpaksa dan tertekan pelajar tetap berlangsung, maka ini jelas tidak akan menyehatkan. Bagaimana mungkin kondisi tertekan akan melahirkan generasi yang cerdas dan tanggap lingkungan? Kalau hal semacam ini akan tetap dipertahankan, maka kita patut khawatir bila geng motor dengan aura kekerasannya akan semakin marak. Semoga tidak.
Selengkapnya...
Mitos vs fakta seputar seks
Rupanya di jaman modern sekarang ini, masih ada saja yang percaya dengan mitos-mitos mengenai seks, terutama di kalangan remaja. Padahal datangnya dari mulut ke mulut dan belum tentu benar. Oleh karena itu, jangan asal percaya, apalagi dipraktekkan. Biar tuntas dan jelas, akhirnya Jurnal Bogor bertanya langsung dengan Pakar Seks and Drugs Dr. Bona Simanungkalit, DHSM, M.Kes. Berikut bocorannya:
Mitos 1:
Setiap hubungan seks untuk pertama kalinya selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina.
Fakta: Tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu terjadi perdarahan karena banyak hal yang mempengaruhinya. Apakah ada benda yang mampu masuk dan menembus liang vagina dengan kekerasan yang cukup? Apakah masih ada hymen atau selaput dara yang utuh? Serta bagaimana elastisitas dari selaput dara tersebut? Kalau selaput daranya sangat elastis kemungkinan besar tidak akan terjadi perdarahan. Perdarahan dapat juga terjadi disebabkan jauh sebelumnya terjadi kecelakaan, sehingga selaput dara sudah robek.
Mitos 2:
Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan.
Fakta: Ketika sperma sudah memasuki vagina, maka sperma akan mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Kalau terjadi pertemuan dan siap dibuahi, sudah tentu loncat-loncat tidak akan mengeluarkan sperma. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk terjadinya pembuahan atau kehamilan.
Mitos 3:
Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau sudah tidak perawan lagi.
Fakta: Pengertian di atas harus diluruskan. Memang selaput dara merupakan selaput elastis tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena kecelakaan dalam melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda dan berkuda atau bisa juga karena terjatuh. Karena itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks. Jadi bisa saja tidak ada kaitan antara robeknya selaput dara dengan hubungan seksual
Mitos 4:
Keperawanan dapat ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul.
Fakta: Keperawanan tidak bisa dilihat dari bentuk pinggul atau cara jalan. Hanya bisa diketahui melalui hasil pemeriksaan dokter. Jadi hanya dari pemeriksaan khususlah yang memungkinkan diketahuinya selaput dara robek atau tidak, serta kemungkinan penyebabnya.
Mitos 5:
Ada posisi seks yang ampuh mencegah kehamilan, misalnya sambil berdiri atau di dalam air.
Fakta: Tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa gaya di atas bisa menahan laju sperma ke saluran telur. Sebaiknya untuk mencegah kehamilan tidak usah melakukan hubungan seksual bagi yang belum berkeluarga. Kalaupun ingin, gunakan kondom, inipun hanya berlaku bagi pasangan yang telah menikah.
Mitos 6:
Hubungan seks memakai kondom itu aman.
Fakta: Aman dari kehamilan dan penyakit menular seks memang betul, asalkan nggak bocor. Masalahnya, siapa yang bisa menjamin kondom seratus persen sempurna? Jadi selalu ada kemungkinan kondom robek, bocor, atau sperma berhasil masuk karena pemakaian yang tidak pas.
Mitos 7:
Hanya saling menempelkan alat kelamin alias petting tidak akan hamil.
Fakta: Kata siapa? Keadaan di atas tidak ada yang bisa menjamin tidak akan terjadi kehamilan. Pada kenyataannya, banyak pria yang sulit mengendalikan diri waktu mendekati ejakulasi. Apalagi kalau cairan bening yang keluar dari penis saat tahap saling rangsang sebenarnya sudah tercampur sel-sel sperma yang lebih dari cukup untuk membuahi.
Mitos-mitos tersebut ternyata memang sudah hidup subur di masyarakat dan pengaruhnya masih sangat kuat, bahkan juga diantara para remaja yang justeru lagi giat-giatnya mencari informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi. Hal itu terjadi karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bisa diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga, atau masyarakat pada umumnya.
Selengkapnya...
Adalah sesuatu yang mustahil, melarang remaja untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri. Namun, harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan.
Untuk itu hal-hal di bawah ini perlu mendapatkan perhatian:
1. Hati – hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual.
Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, … adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
2. “No Seks”
Katakan “tidak”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
3. “Rem Keimanan”
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya iapun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
4. Bahaya Kehamilan di Usia Muda
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
Hancurnya masa depan remaja tersebut.
Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
Disamping terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki, seks yang dilakukan sebelum menikah akan mengandung berbagai masalah antara lain tuntutan suami akan keperawanan, berbagai penyakit kelamin (termasuk AIDS), stress berkepanjangan, kemandulan (karena infeksi) dan lain-lain.
5. Kiat Sadar Diri
Yang sering terjadi adalah pasangan lepas kendali karena terbuai aktivitas berpacaran. untuk itu beberapa tips agar tidak terbuai:
Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat.
Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual.
Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran.
Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan, sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.
Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, apalagi melakukan hubungan seks.
Selengkapnya...
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas. Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.
Selengkapnya...